Header Ads

ads header

IPNU IPPNU Adalah IPNU IPPNU

NGRONGGOT - NGANJUK - Sejak berdiri tahun 1954 (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan 1955 (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama), organisasi keterpelajaran dan pengkaderan ini telah banyak memberikan kontribusi bagi agama,  bangsa (sosial) berikut negara. Hal ini bukan hanya karena cukup tuanya umur organisasi, melainkan juga karena faktor-faktor didirikannya IPNU IPPNU.

Secara historis, ada beberapa aspek yang melatarbelakangi berdirinya IPNU IPPNU. Pertama, aspek ideologis. Yakni alasan utama bagi IPNU IPPNU untuk didirikan. Bahwa kenyataan umum mayoritas masyarakat Indonesia beragama islam dan rata-rata (secara organisasi maupun kultur) berhaluan ahlus sunnah wal jamaah. Sehingga beberapa organisasi serumpun yang memiliki perbedaan tujuan dan juga bersifat regional memutuskan untuk mendayung bahteranya pada satu muara, yakni Kongres LP. Maarif, yang bertepatan pada 24 Februari 1954 (IPNU) berdiri berikut diikuti 2 Maret 1955 (IPPNU).

Hal ini menciptakan gairah yang beralasan kuat bagi para pendiri IPNU IPPNU untuk mendirikan organisasi keterpelajaran tersebut. Meski IPNU IPPNU pada awal perintisannya merupakan anak (di bawah naungan) LP. Maarif, namun daya IPNU IPPNU dalam merealisasikan tujuannya tidaklah pudar. Hingga pada tahun 1966, IPNU IPPNU memutuskan untuk mandiri, yakni dengan beralih menjadi badan otonom Nahdlatul Ulama. Hal ini dimaksudkan agar segala aktivitas IPNU IPPNU tidak terbatasi oleh kebijakan LP. Maarif dan lebih leluasa dalam mencapai tujuan sesuai dengan awal lahirnya.

Kedua, aspek pendidikan. Di dasa warsa pertama Indonesia merdeka, pelajar NU (secara rentang usia antara 12 -30) pada waktu itu kurang terakomodir dalam sebuah himpunan (organisasi). Hal ini menyebabkan pelajar-pelajar NU tidak dapat mengembangkan diri mereka di banyak lini strategis dalam konstelasi negara. Di satu sisi, negara membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam membangun negara, di sisi lain pelajar NU sebagai salah satu elemen negara tidak dapat memberikan kontribusi signifikan sebagaimana halnya pelajar (mahasiswa) yang sudah terakomodir dalam sebuah himpunan.

Dan aspek yang terakhir ialah sosiologis. Tidak dapat dipungkiri, setiap kelompok membutuhkan regenerasi. Begitu juga dengan Nahdlatul Ulama dengan skala sedang sebagai organisasi masyarakat, maupun Indonesia yang berskala besar sebagai negara. IPNU IPPNU didirikan atas dasar ketulusan dan kesadaran bahwa ulama-ulama NU juga membutuhkan penerus. 

Regenerasi dilakukan untuk menjaga eksistensi dan stabilitas organisasi agar tetap berjalan, berkontribusi dan bermanfaat. Dan juga setiap zaman membuahkan pemikiran-pemikiran, sehingga yang diharapkan dari regenerasi ialah menjadi transformator. Karena NU juga menjunjung tinggi “Al Muhaafadzatu ‘ala qadiimis saalih wal akhdu bil jadidil ashlah”. Bahwa setiap tindak konservatif yang sudah tidak relevan dengan zaman, perlu ditransformasi dengan tindak konvensional yang sesuai zaman dan kebutuhan.

Dengan setitik tentang aspek-aspek latar belakang berdirinya IPNU IPPNU di atas, maka menarik diri kita dan merenungi bahwa IPNU IPPNU bukanlah organisasi yang remeh. Dari tujuannya, kemudian aspek-aspek yang melatarbelakangi berdirinya, menciptakan sebuah suasana berpikir bahwa IPNU IPPNU pada hakikatnya ialah elemen bangsa dan negara yang memberikan kontribusi besar, khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa secara informal.

Dilihat dari target group, IPNU IPPNU menorehkan dinamika yang pelik dalam perjalanannya. Segmentasi IPNU IPPNU ialah pelajar yang terbatasi oleh usia, yakni untuk IPNU sendiri 13 – 27 tahun dan untuk IPPNU 12-30 tahun. Namun di tahun 1988, atas dasar Undang Undang No. 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan dengan dalih satu-satunya organisasi pelajar adalah OSIS dan satu-satunya ekstrakurikuler hanya Pramuka, IPNU IPPNU berganti akronim, dari “pelajar” ke “putra” dan “putri”. Hal ini bukan tidak mengancam IPNU IPPNU secara historis pendiriannya saja, melainkan juga segmentasi IPNU IPPNU. Sistem dan organisatoris IPNU IPPNU yang lebih kompleks menyebabkan sulit untuk re-programming pengkaderan dalam organisasi.

Jelas dengan bergantinya akronim, segala regulasi dalam IPNU IPPNU pun juga berubah hanya karena syahwat politik yang dilakukan oleh rezim orde baru. Dan dengan perjalanan waktu yang tidak berjalan sesuai khittahnya, juga orde baru yang runtuh pasca 1998, maka tahun 2003 IPNU IPPNU kembali ke khittahnya secara akronim maupun administrasi dan regulasi.

Sejak kembalinya ke khittah hingga saat ini, IPNU IPPNU tetap memberikan kebermanfaatan kepada pelajar-pelajar bangsa. Bagaimana tidak! Di usia pelajar yang belia, IPNU IPPNU sudah dapat memberikan wawasan tentang keagamaan, kebangsaan dan keorganisasian bagi mereka dalam gerbang pengkaderan di Nahdlatul Ulama. Melalui Masa Kesetiaan Anggota (Makesta), 2-3 hari peserta dididik, dikader dan ditempa agar terbentuk organisatoris-organisatoris yang sesuai dengan tujuan awal didirikannya IPNU IPPNU. Yakni organisatoris yang menjadi penerus para ulama, kemudian menjadi kontributor visioner bagi bangsa dan regenerasi dalam konstelasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Langkah-langkah yang menjadikan bangsa transformatif sangatlah beragam. Dan IPNU IPPNU memilih jalan mengkader dan mengkader. Tidak peduli dengan organisasi yang lain tentang orientasi dan jalan pilihan mereka terkait transformasi yang dilakukan untuk negara. Tapi, IPNU IPPNU bukanlah organisasi lain. IPNU IPPNU adalah IPNU IPPNU.

Oleh: Kader PKPT IPNU IAI Ibrahimy Banyuwangi, Jatim

No comments

Powered by Blogger.