Header Ads

ads header

Menyoal Kebutuhan Pelajar dan Pembelajar serta Wilayah Garap IPNU-IPPNU

Foto: @nazilabauwell

Konsekuensi logis bahwa khittah IPNU-IPPNU berarti garda terdepan Nahdlatul Ulama konsen dengan dunia belajar. Kegiatan yang merupakan penjelmaan dari program dan hasil interpretasi keorganisasian sudah seyogyanya didekatkan dengan kebutuhan pelajar atau nafas-nafas pembelajar. IPNU-IPPNU tidak boleh lagi mempertimbangkan program dengan aspek penilaian "heroik" di masyarakat.

Semangat ini perlu di bangun secara continue agar kiranya ghiroh dengan kebersamaan akan tercapai. Upaya pembelajaran bagi garda NU benar-benar di utamakan. Alangkah indah 5 orang anggota berkumpul menyelesaikan rumus fisika, matematika dan memperhatikan implementasi di tataran nyata. Keilmuan walau berbentuk rumus menjadi tampak hidup, kegunaan tersebut nyata dan urgen dalam era kekinian.

Menghidupkan dan menjadikan benar-benar hidup nuansa ilmu dari semua disiplin bisa memberikan sugesti dan menjadi motivasi tersendiri dalam belajar. Pelajaran yang terkesan jauh di angan menjadi lebih dekat. Sekat-sekat yang selama ini menyelimuti berangsur sirna.

Inilah dasar-dasar kita membangun generasi ilmuwan. Bagaimana kita mempunyai mimpi besar tetapi kita gak mau menyisir persoalan dari titik nadir. IPNU-IPPNU membangun generasi untuk melek di ilmu pengetahuan dengan target keseluruhan anggota. IPNU-IPPNU tidak boleh tebang pilih hanya terkhusus mereka yang pandai, IPNU-IPPNU memberanikan diri membuka ruang untuk segenap pelajar/pembelajar.

Mari kita renungkan, jika dalam 2 hari sekali pelajar yang tergabung di IPNU-IPPNU mampu menyelesaikan 1 rumus fisika, matematika, biologi dll terus di kalikan dengan perputaran waktu belajar, apakah mustahil bagi pelajar untuk tidak pandai? Belum lagi jika orientasi keilmuan ada pengembangan, apalagi bisa diwujudkan dengan bentuk karya nyata.

Ranah Orientasi Belajar

IPNU-IPPNU dalam menjawab dan menggarap ranah pelajar ini tidak menyuguhkan pencucian pikiran. Posisi IPNU-IPPNU malah membuka kran yang tersumbat, Pikiran pelajar yang jauh dengan pelajaran di ajak untuk kembali dekat, diajak bersama untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. IPNU-IPPNU membangun ghiroh pantang menyerah.

Bahwa belajar dengan kesungguhan adalah tafsir perjuangan yang dimiliki IPNU-IPPNU. Segenap anggota IPNU-IPPNU mempunyai tanggung jawab dalam merepresantikan nilai-nilai ini. Anggota IPNU-IPPNU tidak diperkenankan lagi asyik duduk di pinggir jalan, berdiri atau bahkan berlari-lari di jalanan.

Lembaran angka atau kata atau sandi atau rumus masih menumpuk untuk di kaji. Dengan garda IPNU-IPPNU sudah saatnya kita sudahi kebodohan. Orientasi pelajar Nahdlatul Ulama saatnya tampil membawa angin segar pembaharuan. Habislah gelap, terbitlah terang, mentari timur sudah bercahaya.

Meraba Bentuk

Keberlanjutan setelah terbangunnya ghiroh adalah bagaimana bentuk nyata dan penanganan. Apakah kelompok belajar tersebut berdiri secara mandiri atau di bawah koordinasi atau perlu membuat kelembagaan.

Melihat kenyataan kondisi pelajar terkini, dengan terbangunnya ghiroh keterpelajaran oleh semangat kesungguhan belajar merupakan prasyarat tersendiri. Seperti membangunkan orang yang lagi asyik menikmati mimpi. Susah bangun, setelah terjaga  malah bertanya di/mau kemana, ada/dapat apa dan lain-lain.

Kembali mengenai meraba bentuk, boleh kiranya memakai langkah termudah, efisien dan menyentuh sasaran secara langsung. Entah kelompok di koordinasi oleh Pimpinan Komisariat, Ranting atau Pimpinan Anak Cabang. Tentunya pendampingan juga di perlukan dalam rangka mengawal soal jika terjadi kendala.

Di manakah tempat yang tepat sebagai titik kumpul dan kapan waktu pelaksanaan yang tepat. Mengenai hal ini mungkin bisa didiskusikan langsung oleh pimpinan, pendamping dan komponen kelompok itu sendiri. Penentuan dengan kesepakatan dalam rangka memperhatikan kondisi riil basic need bukan pemaksaan yang bisa menyebabkan keterpaksaan.

Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan anggota dengan pola pemetaan berbasis BMW sebagaimana dialektika yang sudah perlu kajian ulang. "Al hukmu yadullu ala illatihi". Justifikasi hukum itu terkait dengan persoalan dan kondisi yang dihadapi. Artinya tawaran pemikiran dengan pola BMW sangat rilevan jika kondisi keberadaan anggota ipnu-ippnu hiterogen. Tetapi menjadi lain jika fakta anggota IPNU-IPPNU segmen pelajar atau santri murni, yang di mana mereka masih dituntut waktu dalam mengejar ilmu.

Tuntutan waktu menyebabkan pelajar dari unsur pendidikan formal atau pesantren harus pula mengejar target hasil belajar. Korelasinya, pola pendekatan dengan format pengelompokan jenjang belajar lebih efektif. Bakat atau minat mereka sudah di satukan oleh kepentingan bersama "teks sekolah".

Wacana dalam hal ini perlu ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan. Pelajar IPNU-IPPNU perlu ada komitmen berbahasa ilmu pengetahuan dan bernafas dengan tarikan nafas intelektual. IPNU-IPPNU sudah seharusnya malu jika tertinggal dalam pelajaran.

Program Lain dan Pembagian Wilayah Garap

Untuk program lain sudah selayaknya memerlukan kaji ulang,apakah pragram tersebut ada urgensi dengan kebutuhan pelajar atau tidak.apakah ada kepentingan organisasi yang mempunyai korelasi dengan pelajar atau tidak.mari kita telaah kembali keberadaan kita.

Mengenai bagi wilayah, di sini adalah antara PR, PK, PAC dan PC. Untuk PK, PK dan PAC bisa menjadi satu kesatuan dalam menangani anggota dan kelompok belajar.mereka bertanggung jawab dengan kondisi dan perkembangan belajar oleh kelompok-kelompok belajar atau pengelompokan belajar yang berpusat di sekretariat dengan memperhatikan jenjang kelas masing-masing.

Untuk di tingkatan PC dan seterusnya posisi adalah mengawal kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah atau kita mengajukan bentuk baru dari kebijakan tersebut.

Selanjutnya tingkatan tersebut bisa mengadakan perlombaan dengan arah lomba keterbelajaran dalam rangka untuk memacu prestasi dalam ranah ilmu pengetahuan. Perlombaan bisa diadakan sesering mungkin, tidak perlu menunggu moment.

Penulis : Samsul Ma'arif alias Polo (Alumni IPNU Anak Cabang Ngronggot)
Editor  : Syarif Dhanurendra



No comments

Powered by Blogger.