Header Ads

ads header

IPNU-IPPNU Perlu Berperan Aktif di Saat yang Lain Lelap dalam Mimpi

Sumber: indotoday.co.id

Kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan sungguh luar biasa. Keterpihakan ini sangat terasa dengan konsekuensi pemerintah dalam menggelontorkan anggaran. Biaya pendidikan dapat subsidi yang cukup signifikan. Pelajar dalam usia sekolah tidak terlalu berat ketika ngomong biaya sekolah. Mulai dari sekolah dasar sampai bangku menengah, mereka enjoy. Tidak ada lagi kasus pelajar tidak bisa ikut ujian gara-gara belum bayar tagihan sekolah.

Hal ini bisa di rasakan di jenjang perguruan tinggi.subsidi juga mengalir dengan bentuk beasiswa bidikmisi, beasiswa perguruan tinggi atau beasiswa sponsor. Fasilitas kemudahan yang patut disyukuri oleh kita bersama, yang di mana segenap generasi bangsa bisa menikmati keadaan ini sehingga keinginan untuk belajar dalam mencapai cita dan asa bisa tercapai.

Kesempatan emas ini seharusnya benar-benar di gunakan dengan semaksimal mungkin. Kalau kita membaca kisah masa silam, bahwa keinginan orang untuk sekolah membutuhkan biaya yang lebih. Banyak sekali kasus untuk dapat kartu ujian harus melewati verifikasi administrasi keuangan sekolah. Para orang tua di pusingkan untuk mendapatkan duit demi anaknya agar lancar bersekolah.

Hari ini, biaya sekolah sudah nihil, mungkin hanya yang bersifat ekstra yang membutuhkan suntikan. Orang tua hanya mencari duit untuk uang saku atau untuk kebutuhan lain, tidak terlalu pusing karena barokah kebijakan tersebut.

Penulis masih teringat ketika tergabung di ipnu bahwa ipnu secara organisasi ikut mempresure kebijakan issu anggaran 20% untuk pendidikan. Syukur alhamdu lillah pada akhirnya kebijakan tersebut bisa di wujudkan. Walau ketika itu kita juga tidak tahu, siapa yang bermain issu central.

Posisi IPNU-IPPNU

Terlepas siapa yang memegang issu central, kenyataan kebijakan itu sangat menguntungkan sektor pendidikan. Tak terlepas IPNU-IPPNU sebagai organ yang berbasis pembelajar. Banyak anggota IPNU-IPPNU sekarang bisa menikmati dunia pembelajaran.

Yang menjadi sorotan sekarang, apakah IPNU-IPPNU memanfaatkan kesempatan dengan kesungguhan? Apakah anggota IPNU-IPPNU menggunakan ini hanya sekedar ikut berselancar? Bagaimanakah bukti nyata dari arti kesungguhan?

Posisi IPNU-IPPNU sebagai organ yang berbasis pelajar bukankah mendapat angin segar di saat organ lain terhambat oleh jenis kelamin organisasi. Organ lain walau berbasis pelajar kehilangan bentuk dan menjadi abstrak, kalau ada pesaing, sifatnya lokalistik.

IPNU-IPPNU secara terminologis organ nasional dengan jenis kelamin jelas, merupakan kekuatan besar untuk bermain di segmennya. Tetapi juga menjadi soal ketika IPNU-IPPNU  itu sendiri kehilangan ruh, akhirnya menjadi jasad yang gentayangan. Tidak tahu ranah, kiprah yang selanjutnya menjadi terkatung-katung pula.

Di Persimpangan

IPNU-IPPNU di persimpangan, tampak dialektika ini belum final. Keterpihakan IPNU-IPPNU terhadap dunia pelajar masih di ranah kebijakan pendidikan. Program dan kegiatan belum menyisir di basis riil. Dunia belajar yang seharusnya menjadi issu strategis belum di diskripsikan menjadi bentuk riil. Kehadiran IPNU-IPPNU belum menawarkan konsep nyata untuk pelajar.

Padahal peluang strategis bisa di manfaatkan oleh IPNU-IPPNU bahwa kebijakan umum sudah berpihak. Selanjutnya, jawaban pelajar sebagai subyek utama pendidikan, apa yang di tawarkan. Ruang aplikasi media pembelajaran ternyata malah di kuasai orang di luar. IPNU-IPPNU hari ini masih berkutat, sibuk urusan rumah tangga sendiri yang belum final juga.

Salam 3B

Motto yang indah, slogan yang selalu terlontar di antara kader, anggota menjadi hiasan tebar pesona. Semangat kode sesama anggota atau juga makna yang bisa diartikan oleh individu ke individu lain.

Bentuk riil salam 3B secara organisasi bukankah masih dimaknai dengan mencari dalil pembenar. Penerjemahan program nyata terkesan dipaksakan. Analisa yang tepat untuk di tataran nyata dengan bentuk program dan kegiatan masih kabur. Argumen logis dengan nafas intelektual disiplin ilmu masih di angan-angan dan kita tidak tahu kapan hal itu diwujudkan.

Mohon maaf, catatan dialektika ini bermaksud sebagai otokritik yang di mana, penulis adalah bagian dari almamater yang kita cintai.

Kondisi Riil Pelajar

Sepertinya perlu penegasan komitmen pelajar sebagai pelajar. Ghiroh pelajar membutuhkan angin segar untuk menjadi pelajar yang benar-benar konsentrasi dengan janji ikrar pelajar. Pelajar biar tidak terlena oleh suasana yang melingkupi.

Pernyataan ini diperlukan di saat situasi keadaan pelajar mengalami kejenuhan. Pelajar terhipnotis oleh sesuatu di luar area yang mengganggu semangat pendalaman keilmuan. IPNU-IPPNU perlu berperan aktif di saat yang lain lelap dalam mimpi.


Penulis : Samsul Ma'arif alias Polo (Alumni IPNU Anak Cabang Ngronggot)
Editor  : Syarif Dhanurendra


No comments

Powered by Blogger.