Header Ads

ads header

Menyoal Kesetiaan dan Kekompakan dalam IPNU-IPPNU

Ketua PAC IPNU Ngronggot Syaifuddin memberikan hadiah saat Makesta di Mojokendil.

Ketua PAC IPPNU Ngronggot Eka Y. Rahmawati memberikan hadiah kepada peserta Makesta pemenang pentas seni.
Masa muda adalah masa paling tepat untuk belajar banyak hal, mengeksplorasi potensi diri melalui aktvitas apa pun asalkan bermanfaat. Organisasi IPNU adalah salah satu wadah yang baik dan tepat. Di sana, kita bisa belajar mengenai keorganisasian dan kepemimpinan, mulai dari tingkat ranting hingga tingkat pusat. Selain itu, di IPNU juga kita akan mengenal banyak hal tentang Aswaja, belajar lobbying, dan komunikasi dengan orang lain. Senakin aktif kita di IPNU, maka kita akan tahu seberapa besar manfaatnya setelah itu.

Mengenai berproses di IPNU, perlu kita pahami bersama bahwa IPNU adalah organisasi pengkaderan yang basis massanya adalah pelajar, dan mayoritas berada di desa. Jadi karakter kepemimpinan dan gerakannya, persis dengan pelajar di desa di mana pun itu. IPNU cenderung bersifat kekeuargaan dan sangat kecil sifat politisnya, terutama di tingkat Cabang dan di bawahnya. PAC/PKPT/PR/PK/PAR sangat jarang (bahkan hampir tidak pernah ada) yang gerakanya bersifat politis. Sebab, di IPNU kita tidak diajarkan politik sama sekali. Kita hanya belajar bagaimana cara menglanggengan kegiatan rutin yang satu bulan sekali atau satu tahun sekali, terutama di tingkat ranting dan anak cabang.

Sebagai kader, ada satu poin yang perlu kita ingat bersama: kita keluarga dan harus tetap saling menjaga komunikasi. Jika ada masalah, harus kita selesaikan secara kekeluargaan. Andai kita pengurus ranting, maka perlu kiranya kita komunikasi dengan ketua ranting; jika pengurus PAC, maka ke ketua PAC; jika pengurus PC, maka ke ketua PC. Sebab ketua adalah pimpinan tertinggi di organisasi yang harus kita hormati selaku pengurus yang menjadi "bawahannya".

Ketua ranting adalah mandataris rapat anggota, ketua PAC adalah mandataris Konferancab, dan Ketua PC adalah mandataris Konfercab. Selama forum tertingi di setiap tingkatan itu legal formal dan memiliki kekuatan hukum sebagaimana yang diatur dalam PD-PRT dan PO, maka hasil dari forum tertinggi tersebut harus kita junjung bersama sebagai kesepakatan bersama. Dan terpilihnya ketua adalah bagian dari keputusan dalam forum tersebut.

Perlu kita ingat pula, bahwa NU juga yakin ketika ada kekasih Allah yang meninggal, maka sebenarnya ia tidak sepenuhnya meninggal. Artinya, ketika diselenggarakan forum Rapat Anggota Ranting atau Konferensi, maka saat itu pula Hadrotus Syeikh KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Tolchah Mansur hadir menyaksikan jalannya forum. Jadi insya Allah, keputusan yang ditetapkan adalah yang terbaik untuk organisasi, termasuk dalam hal terpilihnya ketua baru.


Khusus di wilayah Ngronggot (dan wilayah lain yang memiliki kultur yang senada-seirama dengan Ngronggot), ketua ranting perlu dan harus didukung penuh dalam setiap kebijakan yang telah diputuskan, demikian pula dengan PAC. Sebab, ketua ranting dan ketua PAC adalah satu-satunya orang yang dapat dipastikan bahwa ia tidak akan pernah punya maksud sedikit pun untuk merusak dan memperkeruh organisasi.

Setiap keputusan yang diambil oleh ketua, pasti sudah mempertimbangkan tiga hal: (1) saran-saran dari alumni, (2) kapasitas dan kemampuan pengurus, (3) analisis kebutuhan ranting atau PAC. Itu sudah harga mutlak di wilayah Ngronggot.
Untuk pengurus, kita sangat dianjurkan untuk tetap setia dalam barisan: mendukung dan ikut membantu ketua ranting/PAC. Ketidaksetiaan kita terhadap pimpinan tertinggi organisasi adalah suatu bentuk penghianatan atas ikrar saat kita dibaiat Makesta, Lakmud, Lakut, dan saat ikrar pelantikan kepengurusan. Dan itu juga berarti sebagai bentuk pengkhianatan teradap organisasi. Tugas ketua sebagai mandataris Rapat Anggota atau Konferensi adalah bemberikan instruksi dan koordinasi dengan jajaran di bawahnya. Maka tugas pengurus adalah patuh pada ketua dan setia mendukungnya.

Mengenai alumni, PAC Ngronggot (dan rating) punya banyak sekali alumni. Tidak mungkin ketua mendatangi semuanya satu per satu setiap akan ada program kerja besar (misal Dikpel, Makesta, Lakmud, Konferensi). Yang jelas, ketua pasti sudah komunikasi dengan alumni, berapa pun dan siapa pun itu. Jika ada satu, dua, atau bahkan sepuluh alumni yang merasa kecewa karena tidak diajak komuniasi, kemudian mereka melempar narasi bahwa "Ketua PAC tidak komunikatif" adalah suatu hal yang kurang tepat. Hal tersebut tidak menjadi solusi, tapi kan menambah beban dan membuat ketua semakin pusing. Apa lagi, alumni yang sering memberi usulan tersebut tidak pernah berkontribusi secara riil, baik tenaga maupun materi (berdonasi): hobi usul, tak ada uang - tak ada aksi,, apa bedanya dengan tetangga sebelah?

Maka sering ketua harus berat hati menerapkan usulan dari alumni si A dan meninggalkan usulan dari Si B. Keputusan ketua pasti sudah dipikirkan matang-matang dan penuh konsekuen. Pengurus (terasuk ketua) juga sadar bahwa di internal alumni juga ada beberapa pihak yang berseberangan pendapat. Hal tersebut mungkin karena perbedaan daerah (kultur ranting dari tempat alumni berasal) atau perbedaan latar pendidikan. Itu kita maklumi bersama, sebab kita sendiri yang masih berstatus sebagai pengurus pun juga demikian.

Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi, maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp (himpunan) organisasi, entah itu dalam internal Pengurus Harian, maupun pengurus dalam departemen-departemen, lembaga, dan badan.. Karena itu seluruh kader IPNU-IPPNU harus secara bulat menerima keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup dan seluruh prinsip organisasi. Dan seluruh kader IPNU-IPPNU harus tunduk dan setia pada pimpinan, dalam hal ini Ketua PAC (jika di tingkat kecamatan) dan Ketua Ranting (di tingkat desa). Dalam menegakkan prinsip dan melaksanakan program, pimpinan harus tegas memberi ganjaran dan sanksi pada kader yang menyimpang dari prinsip organisasi. Sebaliknya, kader juga harus bersikap terbuka pada pimpinan, bila terjadi penyimpangan, tentu dengan catatan: tetap menjaga etika, norma, dan nilai-nilai yang berlaku.


Penulis: Syarif Dhanurendra
Kader IPNU Ranting Dadapan (Ngronggot - Nganjuk); Ketua PR IPNU Desa Dadapan Periode 2012-2014; Wakil Ketua I PAC IPNU Kec. Ngronggot Periode 2014-2016; Tim Kaderisasi PC IPNU Kab. Nganjuk Periode 2014-2016; Direktur LP2 PC IPNU Kab. Nganjuk 2018-2020.

No comments

Powered by Blogger.