Header Ads

ads header

Sepak Terjang IPNU Ranting Klurahan dan Realitas SDM Pengurus IPNU di Tingkat Ranting

Foto Syarif| Rekan Amin dan Ta'mir Masjid Darussalam Sumberkepuh saat pengajian rutin kitab Washoya Ranting Klurahan (14/12/18).
Ada yang menyatakan bahwa Pimpinan Ranting IPNU (dan IPPNU tentunya) Desa Klurahan adalah "salah satu"  ranting paling aktif di Indonesia, khususnya di lingkup Cabang Kabupaten Nganjuk. Aku sangat sepakat dengan pernyataan tersebut. Sebab, seingatku, sejak 2012 Ranting Klurahan selalu tidak pernah telat dalam menyelenggarakan rutinan. Mulai dari masanya (yang ku tahu) Rekan Amir (2011-2013), Rekan Mundzir (2013-2015), Rekan Dhaki (2015-2017), hingga Rekan Amin (2017-2019) bisa tetap istiqomah mengawal pelajar NU, baik dari kalangan santri, siswa umum, hingga mahasiswa, untuk mendedikasikan diri belajar dan berproses bersama-sama di IPNU. Andai para pendiri IPNU "melihat" ini dari sana, pasti beliau semua bangga melihat Ranting Klurahan (dan ranting-ranting lain yang aktif lainnya).

Arsip Ranting Dadapan|Undangan Pengajian Rutin dari Ranting Klurahan (14/12/18)
Andai ada Ranting Award, mungkin semua kategori (misalnya mulai dari kategori Ranting Teraktif, Terpopuler, Terbanyak Anggotanya, Tebaik secara Administrasi, Termandiri, hingga Terkompak) pantas diperoleh oleh Ranting Klurahan. Klurahan adalah Ranting Ideal, sehingga ranting yang lain patut studi banding ke Klurahan.

Per Desember 2018 ini, syukur Ngronggot sudah 10 Ranting yang berdiri, baik yang sudah dilantik maupun yang belum dilantik. Baik yang sudah aktif rutinan, maupun yang baru akan memulai rutinan. Sepuluh ranting tersebut adalah (1) Ranting Banjarsari, (2) Betet, (3) Cengkok, (4) Dadapan, (5) Juwet, (6) Kalianyar, (7) Kelutan, (8) Klurahan, (9) Mojokendil, dan (10) Ngronggot. Mendirikan ranting adalah tugas yang sulit,  dan merawat-mengawal-mendampingi-ngopeni ranting adalah jauh lebih sulit lagi.

Ada banyak fenomena bahwa ketua ranting hampir mengerjakan semua hal sendirian (termasuk penulis saat jadi ketua ranting), misalnya: melobi tempat sendiri untuk rutinan, membuat undangan sendiri, menandatangani sendiri, menggandakan sendiri, nyetempeli sendiri, menyebarkan sendiri, mencari konsumsi sendiri, menata lokasi sendiri, bersih-bersih lokasi sendiri, dll. dst. Mungkin itu adalah hal yang tidak baik untuk organisasi, sebab dari situ nampak "kepemimpinan" ketua ranting sangat buruk, hingga tidak bisa mengatur kepengurusan. Namun, itulah realitas Ranting. Bagi yang belum pernah berproses di ranting (dan tidak pernah menjadi ketua ranting), mungkin melihat hal tersebut adalah "ketidakmampuan" pengurus (ketua) ranting, sehingga menilainya sebuah kegagalan.

Perlu diingat, Pimpinan Ranting adalah gerbang terdepan dari jejang kepengurusan di IPNU-IPPNU (walau sekarang ada peraturan untuk bisa mendirikan Pimpinan Anak Ranting, tapi masih belum saatnya mendirikannya). Dan notabene pengurusnya masih SMP dan SMA, sehingga kualitas SDMnya hanya sekedar "belajaran". Ketika kita terjun ke lapangan, kita akan menemui bahwa masih banyak sekretaris yang belum tahu sama sekali tentang Administrasi surat menyurat, mulai dari bagaimana pembuatan Kop Surat, Penomoran Surat, Jenis Font Surat, dll. Kita juga akan tahu bahwa Waka. Organisasi dan Kaderisasi, Waka. Dakwah, dan Waka. Orseni tidak akan paham mengenai tugas pokok dan fungsi (Job Discribtion) mereka masing-masing. Semua wajar. Dan semua itu adalah realitas di lapangan.

Maka dari itu, aku tidak pernah berhenti kagum ketika ada Ranting yang selalu istiqomah mengadakan pengajian rutin, walau pun satu kali dalam sebulan, atau bahkan sekali dalam dua bulan. Sebab, masa kepengurusan 2 tahun tidaklah sebentar (dalam konteks menjaga kesolidan pengurus).Ketua Ranting pasti kerepotan dalam menjaga kekompakan kepengurusannya. Hingga dapat dipastikan bahwa setiap satu semester tentu ada yang lepas. Dan di semester ke empat, akan hanya ada segelintir pemuda yang masih bertahan bekerja bersama dengan ketua ranting. Atau bahkan ketua ranting sendiri yang mundur, entah sebab pindah ke luar kota, kerja, kuliah, atau mungkin menikah (kadang ketua IPPNU).

Jika kita anggota ranting, mari lebih istiqomah ikut rutinan. Jika kita pengurus ranting, jangan mudah menyerah, dan tetap semangat menjaga keistiqomahan rutinan. Jika kita pengurus PAC, jangan pernah lelah menghadiri kegiatan rutin di ranting, minimal di ranting kita sendiri (tentu juga tidak lupa tugas kita di PAC). Jika kita pengurus Cabang, mari bersama-sama mengayomi PAC dan Ranting, (minimal) dengan memotivasi mereka agar tetap semangat berproses di PAC dan Ranting. Sebab, bagimana pun juga, PC ada karena semua berawal dari PAC dan Ranting (dan PK/PKPT).

Ranting adalah tempat para Anggota (Output Makesta) mengawali hidupnya di oragnisasi, maka perlu pendampingan yang lebih ekstra dari PAC. Kemudian PAC adalah tingkat para kader muda (Output Lakmud) mulai bergerilya. Di sini kader sudah mulai bisa menata kepengurusannya sedikit demi sedikit, sehingga PC bisa lebih sering membiarkannya mandiri. Dan PC adalah tingkat kepengurusan yang sudah dipenuhi para kader pemimpin (Output Lakut), sehingga sudah benar-benar mandiri (tidak ada back up-an dari PW) untuk menjalankan seluruh program kerjanya.



Penulis: 
Waka. Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi PAC IPNU Kecamatan Ngronggot Masa Khidmat 2014-2016

No comments

Powered by Blogger.