Header Ads

ads header

Kesurupan di Makesta Selatan

Ini adalah kisah nyata yang kubangun dan kulakukan dalam pikiran. Saat itu, acara makesta koalisi Selatan PAC IPNU -IPPNU kecamatan Ngronggot sedang berlangsung. Bertempat di dusun Balekambang, Tanjungkalang, menjadi tantangan tersendiri untuk panitia.

Aku menyusup pada seorang peserta, namanya Jarwo. Jarwo menggeliat malam itu. Perlahan tapi pasti, setengah badannya sudah milikku. “Jangan!” ia teriak agak kencang. Sebentar setelah itu, ia mengeram.

Panitia datang.

“Kesurupan?” tanya Rozi. Panitia lain celingukan. Kulihat, beberapa memainkan bibirnya: komat-kamit. Seorang yang dituakan datang, menenteng air minum yang baru saja ia ambil dari galon. Orang yang dituakan itu memegang tanganku, tapi jarwo sudah kuperintah, kataku, kalau-kalau ada yang menahan, Jarwo harus berontak.

“Lepaasss..!!” Jarwo berontak.
“Bismillah…” orang yang dituakan itu kemudian lirih berucap. Aku cuek, sambil memerhatikan peserta Makesta yang diam-diam mulai gemetar. Segerombol rekanita, dipojok ruang, berpelukan sambil memeriksa kanan-kirinya.

“Keluar, kau!” teriak pawang hantu. Aku kenal akrab dengannya, tapi ia teriak didepan peserta. Katanya, ada hantu sedang mengelilingi peserta.

Pawang hatu itu, sebut saja namanya Tito, sedang melakukan gerakan-gerakan aneh. Semacam tarian, tapi tak beraturan. Ya, seperti pawang-pawang hantu di acara tipi ‘Masih Dunia Kain’. Tito mengarahkan tangannya ke tembok pojok yang gelap. Matanya merem-melek. Kakinya gemetaran, seperti sedang main dorong-dorongan. Tak lama, Tito mendesis seperti ular. Tampaknya ia juga kesurupan, dan itu memang benar.

Bayangkan, jika hal itu terjadi disebuah ruang aula berukuran lima-kali-sepuluh. Teriakan, tangisan, desisan, hingga bau pesing tiba-tiba menjadi satu.

Diruang panitia, ketua panitia masih tersenyum sambil menghisap asap tembakau SembilanDayung. Tiga-empat panitia lain menyiapkan doorprize untuk peserta berprestasi.

“Sudah siap!” tukas Nabila, sambil merapihkan kardus berisi doorprize.

Tito dan Jarwo masih menggeliat. Tangannya menggaruk-garuk keramik. Beberapa peserta ikut kesurupan, sebagian ada yang pingsan, sementara sisanya masih berjuang menahan takut.

Ketua panitia datang.
“Tepuk tangan buat pensi panitia…” ucapnya, diikuti keluarnya doorprize.

Tito dan Jarwo bangkit, sambil tepuk tangan. Panitia berkumpul. Peserta Makesta plonga-plongo.

“Oh, ternyata cuma pertunjukan,” ucap salah satu peserta, menenangkan diri.


No comments

Powered by Blogger.